Jumat, 08 Februari 2013

Hoshi, Kelak Kau Harus Menghampiri Anak Cucuku Yahhh

Hoshi, sepertinya kamu akan hanya menjadi wallpaper yang paling keren di kamarku. Tapi, yang bikin aku sedih ketika menatapmu, adalah tulisan yang ada dibawahmu itu lho. Coba tebak apa hayo? Angka 23.


Sejak kemarin kemarin aku selalu digalaukan sama perkataan seseorang. Kamu tidak S2? Ayo S2 lah. Kau tau, aku ini tipe pemikir keras lo. Aku sudah mencoba berpikir bagaimana jalannya supaya bisa S2? Jelas beasiswa adalah jalan satu-satunya. Bisa saja maret ini aku ajukan lamaran, toh ijazah tinggal dilegalisir saja. Lalu belajar keras buat tes masuk dan toefl, serta sholat malam tiap hari minta gusti Allah biar dikabulin..... Tapi kau tau kawan,hidup seseorang itu berbeda beda. Bukan karena aku malas, bukan karena aku bosan dengan pelajarannya sehingga aku tidak memfokuskan diri untuk meraih mimpi yang satu itu. Tapi karena suatu hal...

Kalau ku berpikir bahwa sekolah itu lebih nyaman, lebih enak, lebih asik dari pada bekerja, tentu aku sangat setuju. Kalau boleh ku pilih, kan kupilih hari hariku dengan belajar seharian dirumah sehabis pulang kuliah, istirahat cukup, makan cukup, seperti masa-masa SMA dulu, sehingga bisa menjadi berprestasi, bisa menjadi juara, dan membuat orang tua ku bangga. Namun sekarang ini aku tak melihat orang tua ku bangga jika anaknya melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi, kawan. Yang kulihat hanya wajah kesedihan. Aku akan menambah bebannya, kawan. Dan aku tidak sanggup lagi melihatnya seperti itu...

Kau tau alasan terbesar aku mamantapkan hati tidak melanjutkan sekolah tahun ini. Karena super heroku mulai mengurus, mulai melemah, mulai tak berdaya. Sudah 4 tahun ini, dia tidak pergi kemana mana kawan. Menatapnya sedang membongkar-bongkar album fotoku saat ke makasar, bandung, jogja, bali, bromo, jakarta, depok selama 4 tahun ini membuatku sedih. Sedih karena aku tak membawanya merasakan kebahagian itu. Moga moga, Engkau berikan surga untuknya Ya Allah....

Aku 22 tahun. Sudah saatnya bagiku untuk "mentas", untuk produktif, untuk tidak konsumtif. Ada adek yang punya mimpi dan cita-cita yang tak kalah hebatnya denganku. Sekarang ini adalah waktunya dia. Waktunya dia untuk mengejar segala mimpi-mimpinya. Dan karena itu kami harus mendukungnya. Dan mimpi mimpiku? Akan ku titipkan padanya, dan kupercayakan perbaikan negeri ini kepadanya. Dan untukmu Hoshi, aku tidak tau kapan aku berjumpa denganmu. Namun, kalau bukan untukkku, kelak kau harus menghampiri anak cucuku yah.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar